Minggu, 06 Mei 2012

Membuat pembedaan proses pengaruh berdasarkan kekuasaan dengan berdasarkan wewenang. 2, 7


MAY6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau yang buruk. Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsure yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Penilaian baik atau buruk senantiasa harus diukur kegunaanya untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan atau disadari oleh masyarakat. Karena kekuasaan sendiri mempunyai sifat yang netral, maka menilai baik atau buruknya harus dilihat pada penggunaannya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi, walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul makna yang pokok darikekuasaan, yaitu kemampuan untuk memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarakan pengaruh dengan pihak lain yang menerima pengaruh itu, rela atau karena terpaksa. Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang , biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut. Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang (authority atau legalized power) ialah bahwa setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat dinamakan keuasaan. Sementara itu, wewenang adalahkekuasaan yang ada pada diri seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena memerlukan pengakuan dari masyarakat, maka di dalam suatu masyarakat yang susunannya sudah kompleks dan sudah mengenal pembagian kerja yang terinci, wewenang biasanya terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara menggunakan kekuasaan itu. pengertian wewenang timbul pada waktumasyarakat mulai mengatur pembagian kekuasaan dan menentukan penggunannya. Akan tetepi, tidak ada suatu masyarakatpun di dalam sejarah manusia yang berhasil dengan sadar mengatur etiap kekuasaan yang ada di dalam masyarakat itu menjadi wewenang. Sel;ain itu, tidak mungkin setiap macam kekuasaan yang ada dirangkum dalam suatu peraturan dan sebenarnya hal itu juga tidak akan menguntungkan bagi masyarakat. Apabila setiap macam kekuasaan menjelma menjadi wewenang, susunan kekuatan masyarakat akan menjadi kaku karena tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi di dalam masyarakat.
Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan kekuasaan yang nyata. Akan tetapi, acap kali terjadi bahwa letaknya wewenang yang diakui oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan yang nyata tidak di satu tempat atau satu tangan. Di dalam masyarakat yang kecil yang susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam bidang. Kekuasaan itu lambat laun diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya. Contoh yang demikian itu di dalam masyarakat Indonesia terdapat pada masyarakat-masyarakat hokum adat (misalnya desa) yang letaknya terpencil, dimana semua kekuasaan pemerintah, ekonomi, dan sosial dipercayakan kepada kepala masyarakat hukum adat itu untuk seumur hidup. Karena luasnya kekuasaan dan besarnya kepercayaan yang menyeluruh dari masyarakat hukum adat ke kepalanya tadi, pengertian kekuasaan dan pengertian orang yang memegangnya melebur menjadi satu. Gejala lain dalam masyarakat yang kecil dan bersahaja tadi adalah tidak adanya perbedaan yang jelas antara kekuasaan (yang tidak resmi) dengan wewenang (yang resmi).
Sebaliknya di dalam masyarakat yang besar dan rumit, dimana terlihat berbagai sifat dan tujuan hidup golongan yang berbeda-beda dan kepentinangan yang tidak selalu sama satu dengan yang lainnya, kekuasaan biasanya terbagi pada beberapa golongan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan dan pemisahan secara teoritis dan nyata tentang kekuasaan politik, militer, ekonomi, agama, dan seterusnya. Kekuasaan yang terbagi itu tampak dengan jelas di dalam masyarakat yang menganut dan melaksanakan demokrasi secara luas.
Meskipun ada penguasa pemerintahan otokratis yang hendak memusatkan kekuasaan semua bidang dalam satu tangan secara mutlak, di dalam masyarakat yang kompleks usaha yang demikian tida mungkin terlaksana sepenuhnya. Usaha yang mungkin terlaksana adalah pemusatan sebagian, sedangkan kekuasaan nyata lainnya tetap dipegang oleh golongan-golongan masyarakat yang dalam proses perkembangan masyarakat secara khusus telah melatih diri untuk memegang kekuasaan itu.
Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap masyarakat merupakan gejala yang wajar. Walaupun wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat itusendiri karena sifatnya yang mungkin abnormal menurut masyarakat yang bersangkutan. Setiap masyarakat memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu yang terwujud dalam diri seseorang atau sekelompok orang-orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang tadi.
Sebagai suatu proses, baik kekuasaan maupun wewenang merupakan suatu oengaruh yang nyata atau potensial. Mengenai pengaruh tersebut, lazimnya diadakan pembedaan di antarannya:
1. Pengaruh bebas yang didasarkan pada komunikasidan bersifat persuatif;
2. Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi efektif karena cirri tertentu yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berpengaruh. Pada jenis pengaruh ini, mungkin terjadi proses-proses sebagai berikut:
a. Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk mencapai tujuannya, atau pihak yang berpengaruh mempunyai kekuatan untuk memaksakan kehendaknya (kemungkinan dengan melancarkan ancaman-ancaman mental dan/atau fisik.
b. Pihak yang berpengaruh mempunyai ciri-ciri tertentu yang menyebabkan pihak lain terpengaruh olehnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
1) kelebihan di dalm kemampuan dan pengetahuan;
2) sifat dan sikap yang dapat dijadikan pedoman perilaku yang pantas atau perilaku yang diharapkan;
3) mempunyai kekuasaan resmi yang sah.

B. Tujuan
1. Untuk memahami akan Kekuasaan, berserta unsur-unsurnya, cara mempertahankan kekuasaan dan memahami akan bentuk-bentuk lapisan kekuasaan.
2. Untuk memahami dan mengerti akan wewenang serta bentuknya dan memahami akan kepemimpinan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya
Dalam setiap hubungan antar rmanusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang. Untuk sementara pembahasan akan dibatasi pada kekuasaan, yang diartikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Max Weber (dalam Bouman, 1982), mengatakan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Kekuasaan mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan merupakan sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu sumber kekuasaan, di samping kemampuan khusus dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan tertentu. Jadi, kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan sosial maupun di dalam organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi, pada umumnya kekuasaan yang tertinggi berada pada organisasi yang dinamakan ”negara”.
Secara formal negara mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi. Kalau perlu, dengan paksaan. Juga negaralah yang membagi-bagikan kekuasaan yang lebih rendah derjatnya. Itulah yang dinamakan kedaulatan (sovereignity). Kedaulatan biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat yang menamakan diri the ruling class. Ini merupakan gejala yang umum dalam setiap masyarakat. Dalam kenyataan, di antara orang-orang yang merupakan warga the ruling class, pasti ada yang menjadi pemimpinnya, meskipun menurut hukum dia tidak merupakan pemegang kekuasaan yang tertinggi. Misalnya pada negara-negara yang berbentuk kerajaan, sering terlihat kenyataan bahwa seorang perdana menteri mempunyai kekuasaan yang lebih besar dari raja dalam menjalankan kedaulatan negara.
Gejala lain yang tampak juga adalah perasaan tidak puas (yaitu mereka yang diperintah) mempunyai pengaruh terhadap kebijaksanaan yang dijalankan oleh the ruling class. Golongan yan berkuasa tidak mungkin bertahan terus tanpa didukung oleh masyarakat. Oleh karena itu, golongan tersebut senantiasa berusaha untuk membenarkan kekusaannya terhadap masyarakat agar kekuasaannya dapat diterima masyarakat sebagai kekuasaan yang legal dan baik untuk masyarakat yang bersangkutan. Usaha-usaha golongan yang memegang kekuasaan seperti diterangkan Mosca, di dalam masyarakat-masyarakat yang baru saja bebas dari penjajahan dan mendapatkan kmerdekaan politik, mengalami kesulitan-kesulitan. Sebab pokok kesulitan-kesulitan tersebut terletak pada perbedaan alam pikiran antargolongan yang dikuasai yang masih tradisional dan kurang luas pengetahuannya. Oleh sebab itu, golongan yang berkuasa harus berusaha menanamkan kekuasaannya dengan jalan menghubungkannya dengan kepercayaan dan perasaan-perasaan yang kuat di dalam masyarakat yang bersangkutan, yang pada dasarnya terwujud dalam nilai dan norma.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut.
Sifat dan hakikat kekuasaan:
1. Simetris
a. Hubungan persahabatan
b. Hubungan sehari-hari
c. Hubungan yang bersifat ambivalen
d. Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya
2. Asimetris
a. Popularitas
b. Peniruan
c. Mengikuti perintah
d. Tunduk pada pimpinan formal atau informal
e. Tunduk pada seorang ahli
f. Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya
g. Hubungan sehari-hari
Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam factor. Apabila sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaanya, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut.
1. Sumber
a. Militer, Polisi, Kriminal
b. Ekonomi
c. Politik
d. Hokum
e. Tradisi
f. Ideology
g. “diversionary power”
2. Kegunaan
a. Pengendalian kekerasan
b. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi
c. Pengambilan keputusan
d. Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi
e. System kepercayaan nilai-nilai
f. Pandangan hidup, integrasi
g. Kepentingan rekratif

B. Unsur-Unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok yaitu sebagai berikut.
1. Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang (yang merupakan penguasa, misalnya) menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh. Rasa takut juga menyebabkan orang yang bersangkutan meniru tindakan-tindakan orang yang ditakutinya. Gejala ini dinamankan matched dependent behavior, yang tak mempunyai tujuan kongkret bagi yang melakukannya. Rasa takut merupakan gejala yang universal yang terdapat dimana-mana dalam masyarkat yang mempunyai pemerintahan otoriter.
2. Rasa Cinta
Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak sesuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan smua pihak. Artinya ada titik-titik pertemuan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Rasa cinta ini biasanya telah mendarah daging (internalized) dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa. Apabila ada suatu reaksi positif dari masyarakat yang dikuasai, kekuasaan akan dapat berjalan baik dan teratur.
3. Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Misalnya, B sebagai orang yang dikuasai mengadakan hubungan langsung dengan A sebagai pemegang kekuasaan. B percaya epenuhnya kepada A kalau A akan selalu bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian, setiap keinginan A akan selalu dilaksanakan oleh B. kemungkinan sekali behwa Bsama sekali tidak mengetahui kegunaan tindakan-tindakannya itu. akan tetapi, karena dia telah menaruh kepercayaan kepada si A, dia akan berbuat hal-hal yang sesuai dengan kemauan A yang merupakan penguasa agar A semakin mempercayai B. pada contoh tersebut, hubungan yang terjadi bersifat pribadi, tetapi mungkin saja hubungan demikian akan berkembang di dalam suatu organisasi atau masyarakat secara luas. Soal kepercayaan memang sangat penting demi kelanggengan suatu kekuasaan.
4. Pemujaan
System kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di dalm system pemujaan, seseorang atu sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar.
Keempat unsur tersebut merupakan sarana yang biasa digunakan oleh penguasa untuk dapat menjalankan kekuasaan yang ada di tangannya. Apabila seseorang hendak menjalankan kekuasaan, biasanya dilakukan secara langsung tanpa perantaraan. Keadaan semacam itu pada umumnya dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang kecil bersahaja, dimana para warganya saling mengenal dan belum dikenal adanya diferensiasi. Namun, didalam masyarakat yang sudah rumit, hubungan antara penguasa dengan yang dikuasai mungkin terpaksa dilaksanakan secara tidak langsung. Misanya di Indonesia, tidak akan mungkin presiden setiap kali berhubungan langsung dengan rakyatnya yang berjuta-juta itu dan tempat kediamannya.
Apabila dilihat dalam masyarakat, kekuasaan di dalam pelaksanaannya dijalankan melalui saluran-saluran tertentu. Saluran-saluran tersebut banyak sekali, tetapi kita hanya akan membatasi diri pada saluran-saluran sebagai berikut ini.
a. Saluran Militer
Apabila saluran ini yang dipergunakan, penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuasaan militer (military force) di dalam melaksanakan kekuasaannya. Hal ini banya di jumpai pada Negara-negara totaliter.
b. Saluran Ekonomi
Dengan menggunakan saluran-saluran di bidang ekonomi, penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupa rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi yang tertentu.
c. Saluran Politik
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya adalah, antara lain, dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuatoleh badan-badan yang berwenang dan yang sah.
d. Saluran Tradisional
Saluran tradisional biasanya merupakan saluran yang paling disukai. Dengan cara menyesuaikan tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam suatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar.
e. Saluran Ideologi
Penguasa-penguasa di dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus member dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya kekuasaan dapat menjelma sebagai wewenang.
f. Saluran-Saluran Lainnya
Selain saluran-saluran lain yang telah disebutkn diatas, ada pula yang dapat dipergunakan penguasa, misalnya alat-alat komunikasi massa seperti surat kabar, radio, televise, dan lain-lainnya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi massa menyebabkan saluran tersebut pada akhir-akhir ini mendapatkan tempat yang penting sebagai saluran kekuasaan yang dipegang oleh seorang penguasa.
Apabila dimensi kekuasaan ditelaah, ada kemungkinan-kemungkinan diantarannya:
a. Kekuasaan yang sah dengan kekerasan
b. Kekuasaan yang sah tanpa kekerasan
c. Kekuasaan tidak sah dengan kekerasan
d. Kekuasaan yang sah tanpa kekerasan

C. Cara Cara Mempertahankan Kekuasaan
Setiap penguasa yang memegang kekuasaan didalam masyarakat,demi setabilnya masyarakat tersebut ,akan mempertahankanya.
Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah antara lain:
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama,terutama dalam bidang politik,yang merugikan kedudukan kekuasaan,dimana peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru akan menguntungkan penguasa keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu adanya pergantian kekuasaan dari seorang penguasa ke penguasa lain
2. Mengadakan sistem kepercayaan,yang dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golonganya,yang meliputi agama,idiologi,dan seterusnya.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengendalikan konsolidasi horizontal dan vertikal.
Apabila dalam sebuah bidang kehidupan terapat orang kuat yang berkuasa,maka timbul suatu pusat kekuasaan(power center).Sudah tentu akan timbul pusat-pusat kekuasaan lain yang mungkin merupakan oposisi.konkurensi terhadap kekuasaan akan selalu ada .Dapat dikatakan konkurensi secara bebes atau terbatas tergantung pada struktur masyarakat .Ciri masyarakat liberal dan kapitalis berbeda dengan masyarakat totaliter daan sosialistis.
Dengan demikian penguasa mempunyai beberapa cara untuk memperkuat kedudukanya (yang khusus),yaitu sebagai beberapa berikut:
1. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.umumnya cara ini dilakukan dengan damai atau persuasif.
2. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat dengan paksa atau kekerasan.terkadang cara ini dilakukan dengan paksa atau kekerasan.
Maksud dan tujuanya adalah untuk menghancurkan atau menguasai pusat-pusat kekuasaan dibidang kehidupan lainya,namun biasanya cara itu tidak akan bertahan lama karena pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang telah ada itu.
D. Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan
Bentuk-bentuk kekuasaan pada masyarakat-masyarakat tertentu didunia ini beanekaragam dengan masing-masing polanya biasanya pada suatu pola berlaku umum pada setiap masyarakat,betapapun perubahanya yang dialami masyarakat itu (akan menelorkan suatu pola baru),namun pola tersebut akan muncul berdasarkan pola lama yang berlako sebelumnya,mungkin sistem lapisan yang lama akan hancur sama sekali ,tetapiakan timbul sistem lapisan kekuasaan baru karena masyarakat memerlukannya.
Setiap tahap perkembangan dari suatu masyarakat tertentu mempunyai ciria-ciri sistem lapisan kekuasaan yang khusus.Perlu pula ditambahkan bahwa kekuasaan bukan lah semata-mata berrarti bahwa banyak orang tunduk dibawah pengasa.Kekuasaan selalu berarti suatu sistem lapisan bertingkat (hierarkis).
Menurut maclver,ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan yaitu,sebagai berikut:
1. Sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku,tipe ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta,dimana hampir tak dijumpai gerak sosial vertikal.garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin di tembus.
2. Tipe Oligarkis masih mempunyai pemisah yang tegas,akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat,terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh kekuasaan kekuasaan tertentu,bedanya dengan tipe yang pertama adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe yang kedua masih didasarkan pada kelahiran ascribed status,indifidu masih di beri kesempatan untuk naik kesempatan.
3. Tipe demokratis menunjukan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil sekalian.kelahiran tidak menentukan seseorang,yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan.
E. Wewenang
Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menetapkan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, wewenang juga dapat dijumpai dimana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang berada di satu tangan. Apabila orang membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimilikai oleh seseorang atau sekelompok orang. Tekanannya adalah pada hak, bukan kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuatan yang tidak sah. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi wewenang.

F. Bentuk Wewenang
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional, dan Rasional(Legal)
Perbedaan antara wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional(legal) dikemukakan oleh Max Weber. Pembedaan tersebut didasarkan pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku.
Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada charisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu,pulung) yang ada pada diri seseorang. Orang-orang disekitarnya mengakui akan adanya kemampuan tersebut atas dasar kepercayaan dan pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut merupakan sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan kemampuan manusia umumnya. Wewenang kharismatis dapat berkurang bila ternyata individu yang memilikinya berbuat kesalahan-kesalahan yang merugikan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadapnya menjadi berkurang.
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah, baik yang tradisional maupun rasional. Sifatnya cenderung irrasional. Adakalanya kharisma dapat hilang karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham yang berbeda. Perubahan-perubahan tersebut seringkali tak dapat diikuti oleh orang yang mempunyai kharismatis tadi sehingga dia tertinggal oleh kemajuan dan kemajuan masyarakat.
Wewenang tradisional dipunayai oleh seseorang atau sekelompok orang bukan karena mereka mempunyai kemampuan-kemampuan khusus seperti pada wewenang kharismatis, tetapi karena kelompok tadi mempunyai kekuasaan dan wewenang yang telah melembaga dan bahkan menjiwai masyarakat. Demikian lamanya golongan tersebut memegang tampuk kekuasaan hingga membuat masyarakat percaya dan mengakui kekuasaannya.
Pada masyarakat di mana penguasa mempunyai wewenang tradisional, tidak ada pembatasan yang tegas antara wewenang dengan kemampuan-kemampuan pribadi seseorang. Wewenang tradisional dapat juga berkurang dan bahkan hilang, antara lain karena pemegang wewenang tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Dengan demikian, wewenang yang menyandarkan diri pada tradisi harus juga menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kemasyarakatan.
Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah:
Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang,serta orang-orang lainnya dalam masyarakat.
Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi.
Selama tak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang dapat bertindak secara bebas.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada system hokum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hokum disini di pahamkan sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta ditaati masyarakat dan bahkan yang telah diperkuat oleh Negara. Pada wewenang yang didasarkan pada system hokum, harus dilihat juga apakah system hukumnya bersandar pada tradisi, agama, atau faktor-faktor lain. Kemudian, harus ditelaah pada hubungannya dengan sistem kekuasaan serta diuji pula apakah sistem hukum tadi cocok atau tidak dengan sistem kebudayaan masyarakat supaya kehidupan dapat berjalan dengan tenang dan tenteram.
Apabila ketiga bentuk wewenang tersebut ditelaah lebih mendalam, akan terlihat bahwa ketiga-tiganya dapat dijumpai dalam masyarakat, walau mungkin hanya salah satu bentuk saja yang menonjol.
2. Wewenang Resmi Dan Tidak Resmi
Seringkali wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut sebagai wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan di dasarkan pada factor saling mengenal. Keadaan semacam ini dapat dijumpai, misalnya pada cirri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga atau pada diri seorang guru yang sedang mengajar di muka kelas.
Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Walau demikian, dalam kelompok-kelompok besar dengan wewenang resmi tersebut mungkin saja ada wewenang tidak resmi. Contohnya dalam suatu lembaga pemasyarakatan, seorang narapidana tertentu lebih ditakuti oleh rekan-rekannya daripada pegawai lembaga pemasyarakatan yang mempunyai wewenang resmi. Sebaliknya di dalam kelompok-kelompok kecil mungkin saja ada usaha-usaha untuk menjadikan wewenang tidak resmi menjadi resmi karena terlalu seringnya terjadi pertikaian antar anggota.
3. Wewenang Pribadi Dan Teritorial.
Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari sifat dan dasar-dasar kelompok sosial tertentu. Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota kelompok, dan di sini unsure kebersamaan sangat memegang peranan. Para individu dianggap lebih banyak memiliki kewajiban disbanding hak.Apabila bentuk wewenang ini dihubungkan dengan ajaran Max Weber, wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi daripada peraturan-peraturan. Juga mungkin didasarkan pada charisma seseorang.
Pada wewenang teritorial, wolayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat penting. Pada kelompok=kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang karena desakan fator-faktor individualisme. Walaupun di sini dikemukakan pembedaan antara wewenang pribadi dengan territorial, di dalam kenyataannya kedua bentuk wewenang tadi dapat saja hidup berdampingan. Pada desa-desa di Jawa misalnya, wewenang territorial yang lebih berperan.
4. Wewenang Terbatas Dan Menyeluruh
Wewenang terbatas maksudnya adalah wewenang yang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan, tetapi hanya terbatas pada salah satu sector atau bidang saja. Misalnya, seorang jaksa di Indonesia, mempunyai wewenang untuk atas nama Negara dan mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana. Namun jaksa tidak berwenang mengadilinya.
Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah misalnya, setiap Negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi terbatasnya atau menyeluruhnya suatu wewenang bersifat tergantung dari sudut penglihatan pihak-pihak yang ingin menyorotinya. Kedua wewenang tadi dapat berproses secara berdampingan, di mana pada situasi-situasi tertentu salah satu bentuk lebih berperan daripada bentuk lainnya.

G. Kepemimpinan
Kepemimpinan yaitu kemmapuan seseorang untyuk mempengaruhi oranglain sehingga orang lain tersebut bertingkahlaku seperti pemimpin tersebut.
Kepemimpinan dibedakan menjadi dua :
Kepemimpinan sebagai kedudukan
Merupakan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh suatu orang atau badan.
Kepemimpinan sebagai proses sosial
Merupakan segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Sifat Kepemimpinan :
Resmi/ Formal Leadership
Yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan
Tidak Resmi / Informal Leadership
Yaitu kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Tugas pokok seorang pemimpin :
Memberikan suatu kerangka pokom yang jelas sehingga dapat dijadikan pegangan bagi pengikut-pengikutnya.
Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang dipimpinnya.
Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang dipimpin.
Kategori suatu kepemimpinan dibagi menjadi tiga :
Cara-cara Otoriter
Cara-cara otoriter mempunyai pokok-pokok berikut :
1. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.
2. Pengikut sama sekali tidak diajak untyuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara untuk mecapai tujuan tersebut
3. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi.
Cara-cara demokratis
Cara-cara demokratis mempunyai ciri-ciri umum :
1. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau anggota kelompok ikutserta merumuskan tujuan-tujuan serta cara untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Pemimpn secara aktif memberikan saran dan petunjuk
3. Ada kritik positif baik dari pemimpin maupun pengikut
4. Pemimpin secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
Cara-cara Bebas
Cara-cara bebas mempunyai ciri-ciri pokok :
1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif
2. Penentuan tujuan sepenuhnya diserahkan kepada kelompok
3. Pemimpin hanya menyediakan saran yang diperlukan kelompok
4. Pemimpin berada ditengah-tengah kelompok berperan sebagai penonton.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Max Weber (dalam Bouman, 1982), mengatakan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Menurut maclver,ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan yaitu,sebagai berikut:
1. Sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku,tipe ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta,dimana hampir tak dijumpai gerak sosial vertikal.garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin di tembus.
2. Tipe Oligarkis masih mempunyai pemisah yang tegas,akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat,terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga untuk memperoleh kekuasaan kekuasaan tertentu,bedanya dengan tipe yang pertama adalah walaupun kedudukan para warga pada tipe yang kedua masih didasarkan pada kelahiran ascribed status,indifidu masih di beri kesempatan untuk naik kesempatan.
3. Tipe demokratis menunjukan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil sekalian.kelahiran tidak menentukan seseorang,yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang juga faktor keberuntungan.
Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menetapkan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, wewenang juga dapat dijumpai dimana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang berada di satu tangan.
Kepemimpinan yaitu kemmapuan seseorang untyuk mempengaruhi oranglain sehingga orang lain tersebut bertingkahlaku seperti pemimpin tersebut.

B. Saran
Suatu kekuasaan selayaknya harus dilakukan dengan wewenang yang sewajarnya yang dimana nantinya dapat bermanfaat bagi hal banyak dan juga harus memiliki jiwa kepimpinan yang dimana itu semua harus dijalankan sesuai jalurnya dan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bouman, P.J. 1982. Sosiologi Fundamental. Jakarta: Anggota IKAPI.
Soerjono Soekanto. 1981 “Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum” Jakarta : Penerbit Alumni.
Green Mind Community. 2008. Teori dan Politik Hukum Tata Negara, Malang : Total Media.
Busroh Abu bakar & Daud Abu B. 1983, Asas Asas Hukum Tata Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Membuat “ Daur Hidup Organisasi “


Daur Hidup Organisasi Sosial
Tahap I. Pancaran (Orientasi)
Organisasi yang memiliki pandangan dan sikap yang samaberkumpul memecahkan masalah.
Bermimpi Indah
Sikap mengorbankan apa saja
Ancaman         : gagasan berguguran
Perlu                : tindakan nyata
Tahap II. Bayi
Organisasi mulailahir dan dibentuk
Semangat, dedikasi dan produksi tinggi
Belum ada kesiapan dana yang memadai
Ancaman         : mati usia dini
Perlu                : kegiatan
Tahap III. Kanak-kanak
Kesibukan dan semangat luar biasa
Anggaran dana mulai jelas
Ancaman         : pendiri organisasi mulai was-was
Perlu    : badan Pelaksana
Tahap IV. Remaja
Kegiatan mulai banyak
Aturan cara kerja disusun dan diorganisasikan (administrasi)
Prosedur dan mekanisme kerja mulai rapi dan teratur
Ancaman         : Pengunduran diri karena kebebasan dan kreasi dikekang
Perlu                : Pompa semangat bersama mendirikan organisasi


Tahap V. Dewasa
Mapan
Administrasinya semakin jelas dan teratur
Efisiensi
Menikmati hasil kerja (senang)
Ancaman         : konflik kepantingan
Perlu                : Disentralisasi reorganisasi
Tahap VI. Matang
Tercapai tujuan
Kondisi kegiatan semakin baik
Administrasi benar-benar efisien
Ancaman         : rutinitas melemahkan kreativitas, gagasan
Perlu                : suntikan dari luar
Tahap VII. Aristokrasi
Muncul sikap apatis
Gagasan nyaris hilang
Produktivitas kerja menurun
Tujuan dan rencana pengulangan
Ancaman         : membayangkan dan membanggakan masa-masa jaya
Perlu                : pengubahan dari luar
Tahap VIII. Birokrasi Awal
Kekakuan birokrasi
Suasana menjadi smakin resmi
Produktivitas, semangat, dan kretivitas menjadi rapuh
Ancaman         : kejenuhan merajalela
Perlu                : sinergisasi

Analisis kasus : klasifikasi gaya-gaya kepemimpinan.


Analisis kasus : klasifikasi gaya-gaya kepemimpinan.

Robby Djohan suatu Studi Kasus Karakteristik Kepemimpinan

Anda mungkin mengenal sosok Robby Djohan, salah satu dari sedikit pemimpin Indonesia yang sangat fenomenal di bidang ”turn around management”. Rasanya cepat sekali waktu berlalu, ketika Robby Djohan dengan gagah berani ”mengobrak-abrik” tatanan budaya BUMN yang telah berurat dan berakar dengan sangat lama lalu menjadikan perusahaan yang telah sakit menjadi perusahaan yang mencetak laba. Dan 10 tahun telah berlalu setelah proses “Mega Merger Bank Mandiri” dan prestasi beliau berikutnya dalam menerbangkan kembali Garuda Indonesia.

Dalam artikel ini, “cerita lama tapi baru” ini kembali ingin saya ceritakan dengan harapan agar para pembaca dapat meneladani apa yang telah menjadi legacy bagi Robby Djohan dalam bidang kepemimpinan.

Proses restrukturisasi, re-engineering, revitalisasi, merger-akuisisi, atau apapun namanya merupakan proses perubahan yang memerlukan waktu singkat dan sifatnya seperti reaksi berantai nuklir. Kadang kala ada proses restrukturisasi yang berhasil, dan tidak sedikit proses yang gagal dilakukan dan bahkan mengakibatkan perusahaan ditutup karena mengalami kebangkrutan. Untuk menjalankan proses tersebut, aspek terpenting dan sangat menentukan adalah kepemimpinan.

Apa yang menjadi karakteristik atau ciri khas dari kepemimpinan Robby Djohan? Kompetensi apa yang ia miliki sehingga dalam waktu yang cukup singkat perubahan dan pemulihan perusahaan terjadi? Tindakan-tindakan apa yang ia lakukan sehingga seluruh jajaran perusahaan yang ia pimpin melakukan langkah-langkah “restrukturisasi” akan dijelaskan secara terperinci.

Karakteristik 1: Keberanian

Keberanian adalah modal utama yang utama yang dimiliki beliau. Tanpa keberanian, beliau tidak akan mungkin membalikkan keadaan perusahaan yang ”under dog” melalui negosiasi dengan bankir luar negeri yang arogan, institusi keuangan sekelas IMF, supplier, politisi, legislatif atau bahkan tekanan dari ”orang-orang dalam” yang berkepentingan agar perubahan di perusahaan yang sedang beliau benahi menguntungkan mereka. Keberanian dalam memutuskan siapa-siapa saja yang dapat duduk di jajaran direksi, General Manager atau pejabat satu level di bawah direksi dengan proses seleksi yang menjunjung tinggi azas profesionalisme sehingga proses restrukturisasi dapat berjalan. Atau keberanian dalam memecah silo atau kotak-kotak struktural diantara karyawan yang dapat menghambat kemajuan dan percepatan pemulihan perusahaan.

Karakteristik 2, 3, & 4: Jujur, integritas dan keterusterangan

Jujur, integritas dan keterusterangan, adalah karakteristik lain yang beliau miliki. Tiga karakter ini sangat berkaitan: orang yang jujur sekaligus memiliki integritas akan mengatakan secara jelas apa yang ingin dia lakukan (clarity). Hal ini tercermin melalui tindakan-tindakan penyelamatan perusahaan yang langkah-langkahnya jelas, tegas, tanpa berbelok kesana-kemari. Dan keterusterangan, salah satu ciri khas beliau dalam menyampaikan pendapat dan pemikirannya tanpa basa-basi atau diplomasi yang berbelit-belit. Sehingga ketiga karakteristik yang saling melengkapi tersebut merupakan modal utama di dalam mengembalikan rasa ketidakpercayaan, ketidakpastian, ketidakmampuan jajarannya dalam situasi perusahaan yang mendekati collaps. Dan ketiga hal tersebutlah yang menggerakkan, merubah dan membalikkan situasi yang sangat tidak mungkin, menjadi mungkin terjadi.

Karakteristik 5, 6 & 7: Pengetahuan, Keahlian dan Pengalaman

Latar belakang beliau sebagai seorang bankir murni dan daya serap beliau yang sangat cepat untuk mempelajari hal-hal yang baru, menyebabkan beliau dalam waktu singkat dapat menyeimbangkan kondisi keuangan perusahaan yang sangat payah dengan tindakan operasional korektif yang cepat, dimana hal ini sangat berkorelasi dengan peningkatan efisiensi perusahaan. Akibatnya terdapat banyak pos-pos pengeluaran yang tidak produktif dipangkas; struktur organisasi yang lebar dan berlapis-lapis dirubah menjadi relatif lebih ”langsing” tanpa banyak birokrasi; menghapuskan kebiasaan buruk para jajaran secara revolusioner, hingga regenerasi karyawan yang tidak produktif melalui golden shake hand. Sehingga tidak heran balancing pada aspek keuangan dan aspek operational yang beliau lakukan berdampak sangat signifikan bagi peningkatan cash flow perusahaan.

Lalu apa yang memelihara kelangsungan proses perubahan tersebut? Kekuatannya adalah pada keterampilan manajerial kepemimpinan yang harus dimiliki, yakni pengawasan atau monitoring dan eksekusi keputusan yang cepat. Menjadi CEO bukan berarti memberikan delegasi sepenuhnya kepada direktur lainnya, General Manager atau orang-orang kepercayaannya untuk perubahan di dalam organisasi, sebaliknya beliau mencurahkan waktu dan pikirannya secara langsung dalam menyehatkan perusahaan yang sakit. Beliau terjun langsung ke lapangan dalam melakukan pengawasan, rela berkantor di lapangan yang tentunya memiliki fasilitas yang sangat sederhana bagi ukuran direktur pada saat itu, dan bahkan tidak segan-segan menegur/ mencopot langsung staff jika tidak perform.

Sebuah Tantangan bagi para Pimpinan

Secara umum, jaminan bahwa seseorang yang telah berada di puncak pimpinan (misalnya menjadi CEO) dikarenakan mereka memiliki kepemimpinan itu tidak sepenuhnya benar. Ada banyak sekali jabatan yang diisi oleh pimpinan yang tidak memberikan dampak apa-apa bagi perusahaan atau dengan kata lain tidak memiliki kompetensi kepemimpinan. Terdapat banyak pemimpin yang tidak mengetahui bahwa perusahaannya berada di ambang krisis masih tenang-tenang saja, atau mengetahui bahwa di tubuh perusahaannya ada banyak pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan anak buahnya namun tidak ditindak tegas. Sehingga para pemimpin harus terus belajar dalam ”memimpin”, bukan dalam hal ”menjabat”.

Lalu dari langkap-langkah yang telah diambil oleh Robby Djohan kemudian dipetik pelajaran bahwa menjadi pemimpin bukan berarti membuat jabatan saat ini menyebabkan adanya ”security” atau rasa aman karena hanya ”menjabat”, melainkan merubah, menumbuhkan, memberdayakan, meyakinkan dan tetap menggerakkan perusahaan ke arah yang lebih baik.
Tantangan yang dihadapi oleh para CEO sekarang selain operasional perusahaan sehari-hari adalah: mempertahankan kinerja perusahaan, menyelesaikan dan mencegah hal-hal yang melanggar etika di tubuh perusahaan melalui Good Governance di jajaran perusahaan, meningkatkan kinerja dan pengelolaan Sumber Daya Manusia, dan mengatasi berbagai permasalahan strategis lainnya. Pertanyaannya adalah: dapatkah para CEO, atau siapapun yang menjadi pimpinan saat ini meneladani Robby Djohan? Dan bagaimana dengan kompetensi yang dipunyai pemimpin penerus bagi generasi selanjutnya?


sumber : http://dheeneedaily.blogspot.com/2008/06/robby-djohan-suatu-studi-kasus.html

Sabtu, 05 Mei 2012


KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1. PENGERTIAN ORGANISASI
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
2.Bagaimana cara menyalurkan ide dalam komunikasi
Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
I. IDE (gagasan) => Si Sender
2. PERUMUSAN
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3. PENYALURAN (transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4. TINDAKAN
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
5. PENGERTIAN
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
6. PENERIMAAN
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
3.Hambatan-hambatan Komunikasi
1. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.

referensi :
 April 23, 2011...opickrockstar.wordpress.com/2011/04/.../komunikasi-dalam-organisa





DINAMIKA KONFLIK DALAM ORGANISASI
Konflik biasanya timbul sebagai hasil adanya masalah-masalah hubungan pribadi(ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi karyawan dengan perilaku yang harus diperankan pada jebatannya,atau perbedaan persepsi) dan struktur organisasi (perebutan sumber daya-sumber daya yang terbatas,pertarungan antar departemen dan sebagainya.
Pada hekaktnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi.
Dalam bab ini,pembahasan akan dimulai dengan membicarakan tentang pengertian berbagai jenis konflik.kemudian konflik antar pribadi diuraikan dengan kerangka jendela johari dan strategi-strategi penyelesaiannya.
JENIS-JENIS KONFLIK
Orang mengelompokkan konflik ke dalam :
1. Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang ( personrole conflict ).dimana peraturan yang berlaku tak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang itu memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku tersebut.
Konflik ini pada hakekatnya meminta kesadaran orang untuk menaati peraturan yang ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi.
2. Konflik antar peranan (inter-role conflict),dimana orang menghadapi persoalan karena dia menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
Konflik ini dapat dihindari dengan mendefinisikan kembali tugas yang terlebih dahulu telah dispesialisasikan dan dialokasikan pada seorang tertentu sehingga akibat negative dwi fungsi diminimumkan.
3. Konflik yang timbul karena seseorang,harus memenuhi harapan beberapa orang ( intersender conflict ).
Ini dapat dihindari denagn memperlakukan sama bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan ( intrasender conflict ).
Ini dapat dihindari dengan system informasi yang lebih baik serta adanya buku pedoman atau tujuan perusahaan.

Lima jenis konflik (menurut pihak-pihak yang saling bertentangan)
A. Konflik dalam diri individu
Yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya.
B. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama,
Dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan kepribadian.
C. Konflik antar individu dan kelompok.
Yang berhubungan dengan individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.
D. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
E. Konflik antar organisasi
Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam system perekonomian suatu Negara.


STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.


Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.[1] Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.[2]
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.[2] Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.[2]



Mengklasifikasikan kegiatan-kegiatan dalam organisasi yang masuk dalam Ruang Lingkup O & M ( Ambil contoh salah satu ( Organisasi) Perusahaan






KEGIATAN ORGANISASI DAN METODE DALAM PERUSAHAAN
        Sebuah perusahaan tidaklah terlepas dari organisasi. Organisasi dalam perusahaan merupakan hal penting dalam mencapai perusahaan yang baik. Tata kelola yang baik adalah contoh dari organisasi yang berjalan baik dalam perusahaan.
“Dalam dunia bisnis yang penuh dengan persaingan dan perubahan yang sangat cepat, perusahaan perlu memiliki nilai lebih dan daya tarik industri bagi para stakeholders. Suatu tata kelola perusahaan yang baik sangat diperlukan untuk menjawab tantangan persaingan dan perubahan tersebut.” (PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk)
           Peranan organisasi dalam perusahaan tidak beda dengan peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Mampu memahami konsep organisasi sesuai dengan kegiatan tuntutan operasi tertentu serta mampu menyusun rancangan struktur organisasi perusahaan yang meliputi organigram, tugas pokok & fungsi kegiatan operasi unit organisasi untuk mencapai tujuan merupakan peranan organisasi dalam perusahaan. Sedangkan, tanpa metode, suatu tata kerja yang telah diorganisir secara baik, tidak akan mencapai tujuan secara efisien.


ORGANISASI
Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Ciri-ciri organisasi ialah:
1) terdiri daripada dua orang atau lebih
2) ada kerjasama
3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain
4) ada tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi dapat dilihat dengan dua cara berbeda, yaitu:
1) organisasi sebagai suatu sistem terbuka yang terdiri atas sub-sistem yang saling berkaitan, dan memperoleh input untuk diolah yang berasal dari lingkungan serta menyalurkan output hasil pengolahan ke lingkungan kembali
2) organisasi sebagai sekelompok orang yang berkerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama (Monir H. Thayeb).
Organisasi dapat diartikan dalam dua macam, yaitu:
* Dalam arti statis, yaitu organisasi sebagai wadah tempat dimana kegiatan kerjasama dijalankan.
* Dalam arti dinamis, yaitu organisasi sebagai suatu sistem proses interaksi antara orang-orang yang bekerjasama, baik formal maupun informal.
Sinonim Organisasi
Institusi/lembaga;
Kelompok yang menampung aspirasi masyarakat; punya aturan tertulis atau tidak; tumbuh dalam masyarakat; mencapai tujuan bersama; dibentuk oleh pemerintah atau swasta.
Suatu organisasi harus memuat 4 unsur utama, yaitu:
1) goals oriented (berorientasi tujuan)
2) Psychosocial system (sistem hubungan sosial)
3) structured activities
4) technological system.
Perbedaan Organisasi :
* Structure ; staff, line, matriks
* Strategy ; Growth Strategy, Diversification, Defensive, Minimizing Internal Problem
* Style ; Autocratic Style, Participative Style, Free Rein Style
* Skill : Keahlian / Keterampilan
* Staff ; Jenjang, Latar Belakang, Karakteristik
* Share Value : Superordinate Goals
* System : POAC
Pendekatan Terhadap Organisasi :
* Pendekatan Klasik
* Pendekatan Neo-Klasik
* Pendekatan Modern
Kesimpulan:
Organisasi adalah:
1) wadah atau tempat terselenggaranya administrasi
2) didalamnya terjadi berbagai hubungan antar-individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar
3) terjadinya kerjasama dan pembagian tugas
4) berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing.


METODE
Berarti suatu tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien
Pengertian organisasi dan metode secara lengkap adalah :
Rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah ditetapkan


BENTUK ORGANISASI
1. Organisasi Garis
Bentuk organisasi tertua dan paling sederhana. Ciri-ciri bentuk organisasi ini adalah organisasinya masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja belum tinggi.
2. Organisasi Garis dan staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu, tugasnya memberi nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
3. Organisasi fungsional
Organisasi yang disusun atasdasar yang harus dilaksanakan organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
5. Organisasi Lini dan Staf
Staf tugasnya memberi layanan dan nasihat kepada manager dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Tugas yang dilakukan oleh ini merupakan tugas-tugas pokok dari suatu organisasi atau perusaha
Menurut perkembangannya teori organisasi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.Teori Organisasi Klasik
Atau bisa disebut juga teory tradisional yang di dalamnya terdapat tugas – tugas terspesialisasi, serta menunjukkan mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
2.Teori Organisasi Neo Klasik
Di dalam teori ini lebih menekankan  aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya
3.Teori Organisasi Modern
        Bahwa teori organisasi mempunyai satu kesatuan yang saling bergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan system terbuka.
        Struktur Organisasi merupakan subsistem penting dalam system organisasi formal. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan – kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi, hubungan antara fungsi serta wewenang dan tanggung jawab disamping itu struktur organisasi juga mencerminkan mekanisme – mekanisme formal pada pengelolaan organisasi.
        Adanya interaksi dari masing – masing manusia yang saling berhubungan menimbulkan beracam – macam dinamika perilaku dalam organisasi. Berikut adalah beberapa hal penting dalam dinamika organisasi :
Organisasi Informal
Atau bisa disebut bayangan dari organisasi formal, perbdaan mendasar antara organisasi informal dengan formal adalah sebagai berikut :
Hubungan – hubungan antar pribadi. Formal = ditentukan ; informal = bergantung pada kebutuhan anggota.
Kepemimpinan. Formal = Ditunjuk secara formal ; informal = ditunjuk serta muncul secara informal.
Pengendalian dan keperilakuan. Organisasi – organisasi formal mengendalikan karyawan melalui balas jasa dan dukungan.
Ketergantungan
Organisasi informal ada karena adanya kebutuhan – kebutuhan yang tak tercover dalam organisasi formal, seperti kebutuhan manusia yang bersifat manusiawi.
Dinamika Konflik
Suatu kelanjutan dari adanya komunikasi yang belum menemui sasarannya, konflik ini bisa menimbulkan menang kalahnya suatu kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya antara satu dengan yang lainnya. Sekilas adanya konflik dapat menggagalkan suatu organisasi, tapi jangan salah setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Teori Motivasi
Motivasi ini ada karena manusia tak lepas dari rasa malas, putus asa, menyesal, dan lain sebagainya yang membuat orang tersebut gagal dalam berorganisasi. Teori ini sebenarnya lebih ke arah memanage suatu karyawan atau anggota agar karyawan tersebut productif dalam melakukan organisasi sehingga dapat membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Namun teori ini juga meng-cover setelah karyawan tersebut menghasilkan (peroductive), terlihat dengan adanya teory achievement sehingga karyawan tersebut juga merasa bangga terhadap diri sendiri sehingga menambah kepercayaan diri karyawan.
Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan sangatlah penting dalam suatu organisasi, seorang manajer misalnya memerlukan kepemimpinan untuk melaksanakan fungsi – fungsi manajemen. Tanpa adanya kepemimpinan hubungan antara tujuan perseorangan dengan tujuan organisasi mungkin menjadi renggang. Adanya kepemimpinan juga dapat memberikan pengarahan terhadap usaha – usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan – tujuan oranisasi. Oleh karena itulah kenapa kepemimpinan sangat diperlukan dalam suatu organisasi.
Anggaran Organisasi
Anggaran organisasi sangat lekat dengan dana / uang. Peranan uang sangatlah penting dalam suatu organisasi, bisa jadi tujuan dari setiap organisasi juga mengacu pada uang. Di sisi lain, dalam melakukan kegiatan organisasi juga tak lepas dari adanya uang, karena jika tak ada uang maka otomatis kegiatan rutin organisasi bisa jadi tak akan terlaksana.
Untuk penyusunan anggaran ada prosedur – prosedur yang harus dilakukan, yaitu :
Policy perusahaan harus sesuai dengan program kerja yang menyeluruh dari organisasi.
Besarnya uang yang akan di otorisasi harus dibicarakan oleh pimpinan tertinggi di hadapan semua anggota unit pelaksanaan suatu organisasi.
Dengan memakai anggaran belanja yang lampau sebagai titik tolak, maka masing – masing divisi menyiapkan anggaran belanjanya masing – masing.
Penyerahan anggaran dari masing – masing divisi diberikan pada ppimpinan unit untuk di setujui.
Pimpinan unit langsung dapat memberikan revisi – revisi seperlunya.
Adanya penyusunan usul anggaran lengkap dari instansi tersebut.
Diadakan pengecekan terakhir oleh pimpinan unit terhadap anggaran lengkap versi final.
Tahap penyerahan usulan anggaran itu kepada pihak yang berwenang menyetujui dan mengotorisasikan keluarnya uang.